- pemberhentian -

bukan berarti berhenti atau telah sampai pada tujuannya, namun mencoba untuk mencari makna dan melihat kembali perjalanan yang telah dilakukan selama ini.
Mencoba untuk belajar dari setiap langkah yang terangkum dalam gambar.

Selasa, 28 Oktober 2014

Dalam Satu Roll Film

Okey! Aku tersentak kali ini ketika sign in ke dasbor blog ini..ada beberapa alasan yang kemudian bercampur menjadi satu;

Pertama; playlist lagu yang random tiba2 memutar lagu "Lentera Jiwa" yang dinyanyiin sama Nugie. Lagu ini dulu pertama kali diperkenalkan oleh seorang Andy Noya dalam sebuah acara pelatihan. Terang-terangan lagu ini pengen ngomong tentang sebuah passion, yang juga digambarkan dengan orang-orang yang meraih mimpinya dalam karir yang sangat jelas berseberangan dengan  studi yang diambil. 
Kedua; ngomongin passion, baru semalam itu aku ngomongin tentang hidup dengan passion bersama 2 partner in crime! Bahkan belum ada seminggu ada seseorang yang menginginkan pendapatku tentang pilihan karir untuknya. Klasik sih tapi ini hidup kita ke depan, kan?!

Well, hari ini aku baru bisa melihat hasil akhir proses scan negatif film hasil memotret hari Sabtu kemarin tgl 25 Oktober. Pake film? tumben amat, emang! Aku sudah lupa kapan terakhir kali aku punya kamera pribadi, kalo gak salah sih antara bulan April-Mei tahun ini. Mungkin seminggu kemarin itu cuma puncaknya aja ketika aku pengin motret tapi gak bisa motret gara2 gak ada alatnya. Biasanya sih selalu ada aja kerjaan yang dateng jadi bisa sewa, atau pinjeman temen-temen yang berhati emas. 

Kali ini aku harus berterima kasih sebesar-besarnya sama  Wihinggil Prayogi seorang web desainer handal, admin web kameraanalogjogja.com  << website contoh karyanya juga nih! Sesama mahasiswa telat lulus yang udah ngajarin mengoperasikan kamera analognya sekaligus meminjamkannya buat aku. Sesama pemuda Klaten yang juga nemenin dari hunting sampe ngajarin proses nyuci negatif film sampai scan hasil akhirnya! 
Mungkin hasil akhir fotonya pun gak bagus, secara aku sendiri gak terbiasa dengan kamera analog dan mungkin aku sebenernya gak jago2 amat buat motret. Kalo koreksi dari mas Yogi sih salah satu kekurangannya juga disebabkan karena roll film yang kupake, di review2 pun mengatakan kecenderungan hasil yang sama. Yah, tapi ini bukan alasan. Entah apa yang aku rasain juga sih melihat hasil akhirnya aku sudah cukup senang. Sangat senang! 

Aku pun gak tau apakah ini pelampiasanku saat ini. Mungkin saja aku sedang diingatkan dimana aku saat ini. Setiap orang dimanapun dia berada butuh untuk diingatkan tentang siapa dirinya.


Penataan Alun Alun Yogyakarta

..click picture for actual size..






































Kamis, 03 April 2014

Lagi-Lagi Bukit Sikunir

Tampaknya aku mulai terbiasa dan akrab dengan tempat ini, bukit yang katanya memiliki pemandangan sunrise yang paling cantik. Meskipun ini baru yang kedua kalinya, mungkin dulu kesan pertama di Sikunir ada mbak-mbak rupawan yang mencuri perhatian hahaha..

(klick photo for actual size)

Sudah banyak perubahan di tempat ini, sepertinya bukit sikunir saat ini sudah menjadi salah satu tujuan utama di daerah Dieng gak cuma buat orang-orang yang doyan adventure tapi juga sudah lebih umum. Secara untuk naek sampai puncak tidak butuh waktu banyak dengan kondisi badan yang sehat dan kuat seperti aku. Selain itu saat ini tampaknya juga ada beberapa puncak selain puncak Sikunir yang bisa dijadikan pemberhentian terakhir untuk menyambut matahari terbenam. Aku dan teman-teman menuju puncak yang pernah kita datangi.

Yah mungkin karena mencapai puncak aja gak perlu banyak waktu, ya cerita perjalanannya dikit aja..heehe. Oia ada yang baru lagi di bukit Sikunir yaitu penjual kopi dan mie seduh yang setidaknya bisa memberikan sedikit kehangatan buat yang gak punya pasangan. dan satu lagi yaitu ada sebuah gubuk di puncak yang paling gak kalo bikin foto gak plain atau flat komposisinya meskipun secara fungsi sih hampir gak ada waktu itu. mungkin cuma buat situasi dan kondisi tertentu.





Kali ini yang berbeda dari perjalanan ini bukan Sikunirnya sih sebenernya, tapi suasana hati..tjieeee..Yah gak bisa dipungkiri lagi dan jujur saja aku galau gara-gara kewajibanku sebagai anak ketiga dari orang tuaku yang gak kunjung kukerjakan, yaitu kuliah. eh aku masih beruntung bisa kuliah banyak orang yang gak bisa kuliah ni aku malah seperti menyia-nyiakan waktu.  Tapi setiap kali cerita ke orang sih dibilang waktuku gak sia-sia, buat orang lain aku mendapat gantinya. tapi apalah kata orang, ini kan curahan perasaanku. kalo saat ini sih ya mungkin terasa sia-sia karena aku seakan harus meninggalakan fokusku pada dunia fotografi. :(

Kalau dulu semua anggota rombongan berstatus mahasiswa, sekarang teman-temanku banyak yang telah melangkahkan kakinya terutama hal akademis. Ya, lagi-lagi harus disampaikan sampai detik ini aku masih aja berstatus pelajar. Kabar gembiranya tentu saja dalam perjalanan kali ini aku juga sudah memulai tugas akhir kuliah.

Hampir kecewa saat matahari mulai muncul di puncak bukit Sikunir. Angin yang cukup kencang disertai kabut seakan-akan membayangi kerinduan kami akan kehangatan matahari. Entah mengapa saat itu aku pun juga hanya ingin satu foto saja yaitu saat matahar terlihat benar-benar bulat. Mungkin saja perjalanan kali ini juga ingin mengingatkan aku pada sebuah tujuan yang ingin kucapai. Perjalanan sikunir kali ini mengawali semangat dalam menyelesaikan yang sudah tertunda cukup lama, aku berdoa hasilnya juga seindah sunrise yang terbit di Sikunir waktu itu. silakan dinikmati foto-fotonya

Ada kopi plus mie seduh yang siap menghangatkan badan
di atas puncak sob, jadi jangan lupa bawa uang kalo
 males bawa bekal :) 




Minggu, 19 Januari 2014

Hiking Lereng Gunung Merapi - Kaliadem

Sudah lama. Ya, sudah lama sekali aku gak jalan-jalan dan posting foto di blog yang udah karatan ini. Bukan gara2 selesein kuliah tapi gara2 masuk latihan fotografi ala "militer"..hehehe.. Aku sendiri gak tau persis apakah belajar foto lagi secara intensif kemarin menambah kemampuan atau justru hanya membuang waktu. Akhir tahun kemarin sepertinya cukup menjadi sebuah ketidakjelasan buatku. Kerja enggak, nyelesein skripsi enggak, jalan-jalan enggak, motret juga jarang. Absurd. #malahcurhat

Mungkin bener ya kalo orang bilang "Jogja itu ngangenin". buktinya aja beberapa temen kemaren pulang Jogja padahal udah gak ada urusan yang penting-penting amat disini, gak semua sih. Yang pasti aku dan temen2 yang masih berjuang dan hidup di Jogja musti jadi host buat nemenin mereka jalan, ngasih apdet2 terbaru tentang perkembangan Jogja, emmm...kebanyakan jg jadi nostalgia sih. Salah satunya adalah mas Calvin a.k.a Toink seorang sarjana, admin, surfer, fotografer traveller idola wanita. Buat aku mungkin dia yang pertama kali ngajarin motret. Salam super guru. :)

-klik fotonya untuk memperbesar-

Dapet cuaca cerah di penghujung tahun rasanya jadi sebuah berkah yang sayang kalo gak digunain buat jalan-jalan. Ceritanya berawal ketika sehari sebelum ke Kaliadem aku dan beberapa temen pergi ke Temanggung. Sepanjang perjalanan Gunung Merapi rasanya tuh manggil-manggil terus, cuaca cerah sampai sepuncak-puncaknya merapi tu kelihatan. Akhirnya berdua aja dengan Toink sepakat kalo esok paginya kita musti berangkat apapun yang terjadi. 

Jam 5 pagi tet! Toink dengan kamera barunya udah nyamperin di rumah. awalnya tanpa rencana hampir saja kita ke Plawangan, Kaliurang atas rekomendasi mas Catur seorang pemuda setempat, juragan salak, pemberi kredit bank, juga sekaligus juragan mobil. Namun, di tengah jalan kita ubah haluan menuju Kaliadem. 



Kaliadem saat ini sudah menjadi sebuah wisata gunung berapi yang banyak dikenal dengan Lava Tour. Wisatawan dapat menyusuri hutan dan bekas aliran lahar dan awan panas yang menyapu wilayah ini pada letusan tahun 2010. Namun, aku dan mas Toink waktu itu ketika sampai langsung jalan kaki menuju ke tempat dimana kita bisa mendapatkan best spot untuk memotret. Sementara itu Catur meyusul dari rumahnya dan bertemu di dekat rumah alm. Mbah Maridjan. sampai di ujung jalan kita bingung harus lewat mana ya, sampai kita tanya salah seorang guide yang menyarankan untuk menyewa motor atau naik Jeep. 

Berbekal semangat muda kami pun akhirnya memilih untuk hiking, lagian waktu itu masih cukup pagi dan cerah. Gak salah pilihan kami, banyak hal2 menarik yang kami temui di tengah perjalanan(meskipun fotoya gak ditayangin tapi percaya aja ya :p). Sesampainya di spot terakhir Kaliadem, kami pun langsung berpencar sibuk dengan kamera dan gadget kami masing-masing seperti wisatawan pada umumnya. Selesainya dari Kaliadem aku dan Toink pulang sarapan Soto Lamongan di lembah UGM. Semoga nanti, entah kapan aku juga bisa posting kulineran di Jogja. 

Yaah..mungkin hiking singkat di Kaliadem ini bisa jadi pengingat kalo aku harus berjuang lebih keras buat menyelesaikan keinginan-keinginan yang belum kesampaian. Mengejar cita-cita yang gak tau harus dibawa kemana. Tapi aku sendiri yakin kuasa Tuhan pada diriku cukup besar. Amin. :)