- pemberhentian -

bukan berarti berhenti atau telah sampai pada tujuannya, namun mencoba untuk mencari makna dan melihat kembali perjalanan yang telah dilakukan selama ini.
Mencoba untuk belajar dari setiap langkah yang terangkum dalam gambar.

Minggu, 28 Juni 2009

Perlukah berubah??

Kapan terakhir kali membersihkan kamar?
Berapa kali kamu mandi dalam 1 hari?
Apa yang sudah kamu lakukan seharian?
Bagaimana jika kamu tidak pegang HP dalam sehari?
Kamu pasti pernah buang sampah di jalan..
Apakah kamu mengucapkan terima kasih pada orang yang gak dikenal..
Berapa banyak orang yang tersenyum karena kamu?
Ibu akan selalu ada untukmu...
Barang apa yg kamu inginkan sekarang? berapa jumlah uang yang ada di dompetmu?
Pernahkah kamu ingin menangis karena kamu?
apakah yang terpenting kamu senang?

Sabtu, 27 Juni 2009

Tentang Kado..


Coba pikir..

apa sih artinya ngasih kado ke orang yang gak kita kenal??? sberapa spesial sih dia?

Yah..anak-anak..dunia anak adalah dunia yang penuh dengan keindahan..
sebuah kado mempunyai nilai tersendiri bagi mereka masing-masing..
bahkan sebuah kado pun dapat mengubah hidup mereka selamanya..
namun, sayang..tidak semua anak bisa mendapat kado..bahkan dari orang terdekatnya..

Kamis, 25 Juni 2009

Kampanye..

Menilik kembali reformasi yang menjadi sebuah renaisans demokrasi Indonesia, sampai sekarang ini, tampaknya belum memperlihatkan harapan rakyat saat itu. Meskipun penyelenggaraan PEMILU “sudah” dapat dipertanggungjawabkan, namun tetap saja hingga PEMILU 2009 ini belum menampilkan hasil yang positif bagi kemajuan Indonesia. Terutama pada calon-calon legislatif maupun eksekutif yang bertanding, masih belum dapat menunjukkan kualitas untuk memimpin negeri ini. Janji-janji politik masih saja bertebaran seperti pada PEMILU sebelumnya. Oleh karena itu, bukan menjadi pertanyaan rakyat semakin apatis untuk berpartisipasi untuk hasil yang terbaik.
Bagi sebagian besar rakyat kecil yang terus tergencet oleh kondisi struktural, kampanye politik bukanlah sebuah partisipasi dalam menentukan pemimpin mereka kelak. Mereka menyemarakkan kampanye demi hidup mereka, untuk mendapatkan uang saku, kaus dan atribusi-atribusi lainnya yang bisa mereka dapatkan. Mereka datang untuk mencari hiburan setelah bekerja memeras keringat. Seakan masa kampanye seperti sekarang ini, dan juga sebelumnya ,menjadi sebuah pekerjaan dan hiburan musiman bagi mereka. Sungguh ironis, PEMILU yang seharusnya menjadi ajang pesta demokrasi menjadi pesta saweran.
Termasuk juga keterangan-keterangan yang diutarakan melalui berbagai media massa. Pernyataan mereka terlihat abstrak. bukan sebuah pernyataan cerdas sebagaimana seorang pemimpin harapan. Mereka bisa saja berhasil menampilkan citra diri positif untuk dipilih rakyat. Namun, semakin lama semuanya terlihat seperti sebuah retorika yang lama kelamaan membosankan.
Semua hal itu merupakan gambaran betapa kurangnya kualitas calon pemimpin kita nanti, baik legislatif maupun eksekutif(tanpa memukul rata). Pragmatisme telah meredupkan semangat-semangat membangun bangsa. Hal inilah yang kemudian menyebabkan pembelajaran politik masyarakat tidak berkembang dalam masyarakat, karena rakyat pun akan menanggapi dengan pragmatis pula.
Semoga saja rakyat semakin sadar akan kondisi ini sehingga dengan kritis dapat mengoreksi pemimpin mereka nanti.

Selasa, 23 Juni 2009

Sikap dan Karakter Bangsa

Hubungan persaudaraan bangsa Melayu seakan hilang seiring terjadinya peristiwa yang mencerminkan tiadanya rasa saling menghormati. Langkah cerdas Indonesia dalam menanggapi keadaan ini menjadi pembuktian kepada dunia sebagai bangsa yang besar.

Hubungan Indonesia dengan Malaysia bukanlah seperti hubungan “tetangga sebelah“ yang tergabung dalam wilayah ASEAN, namun lebih seperti hubungan saudara dengan persamaan kebangsaan, bangsa Melayu. Keduanya memiliki nenek moyang yang sama sebagai bangsa yang mempunyai sifat pemaaf. Namun, sekarang persaudaraan kedua negara justru berubah seakan menjadi musuh besar bagi masing-masing pihak. Ketegangan antara dua negara berkembang ini bukanlah yang pertama terjadi. Sejarah Indonesia mencatat, Malaysia sudah berulang kali melakukan sikap tidak hormat kepada Indonesia. Seperti pada peristiwa akhir-akhir ini, wilayah Indonesia telah disambangi oleh Malaysia tanpa ijin. Belum lagi warga Negara Indonesia yang mendapatkan perlakuan buruk oleh warga Malaysia.

Belajar dari sejarah, Indonesia perlu menentukan sikap dalam menanggapi keadaan ini dengan matang. Berbagai tanggapan dan masukan langsung datang kepada pemerintah dalam mengambil langkah untuk menyikapi memanasnya hubungan Indonesia - Malaysia. Baik langkah tegas seperti yang pernah dilakukan Soekarno maupun langkah hati-hati dengan alasan tidak gegabah. Setiap langkah yang diambil merupakan cerminan karakter bangsa Indonesia. Karena itu, perlu diingat bahwa nantinya langkah-langkah yang diambil merupakan turunan dari tujuan Indonesia dalam menjaga tanah air Indonesia serta keikutsertaan negara dalam menciptakan perdamaian dunia.

Tidak dapat dipungkiri bangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa Melayu, namun sebagai sebuah negara yang besar tampaknya bangsa Indonesia pun perlu memiliki karakternya sendiri. Karakter yang tercermin dalam menyikapi keadaan Indonesia - Malaysia ini, nantinya akan menjadi tolok ukur kedewasaan Indonesia sebagai sebuah bangsa di mata dunia. Karakter yang diperlukan yaitu tegas dan juga pemaaf yang merupakan karakter bangsa Melayu.

Tegas dalam artian berani untuk tetap menjaga keutuhan bangsa melalui kedaulatan negara. Sedangkan karakter pemaaf menjadi simbol bahwa bangsa atau negara tetap berusaha menjaga perdamaian dunia. Perdamaian sendiri mengandung arti menghindarkan, melerai, mengurangi atau menyelesaikan konflik. Sebagai bangsa yang besar, jelas sikap menghindari konflik bukanlah langkah yang tepat melainkan menyelesaikan konflik tanpa ada pertentangan.

Hal yang diperlukan Indonesia adalah membentuk sebuah karakter bangsa yang mencerminkan sikap tersebut. Sikap militan untuk menjaga tanah air dengan mengedepankan moral sebagai manusia (bangsa), beradab. Hak-hak dasar perlu diperjuangkan dengan tegas secara hukum, seperti hak-hak tenaga kerja terhadap majikan. Kerjasama kaum intelektual pun perlu untuk membentuk sistem pendidikan yang menyadarkan keadaan dan kemampuan untuk mengubah keadaan. Juga perjuangaan politik untuk memberikan posisi tawar yang lebih kuat. Didukung dengan ketahanan nasional terhadap pengaruh luar dan keamanan nasional.

Inti dari sikap ini merupakan upaya membentuk karakter bangsa yang besar. Upaya tanpa merobohkan kekuatan lawan tetapi menyikapi dan mengubahnya dengan cara pandang yang berbeda. Karakter yang dibangun memang dapat dikatakan menjadi sebuah keniscayaan besar. Namun, langkah-langkah yang dapat dilakukan merupakan bekal tercapainya rasa saling menghormati. Tercapainya pengertian antar kedua belah pihak tentu akan memberikan perubahan yang positif, bahkan bagi dunia.